MAKALAH
GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS
Disusun
oleh Kelompok 2:
1. Sinta Afriska (15150002)
2. Ninda Heru Kusumawati (15150006)
3. Irawati Ratnasari (15150009)
4. Windi Rizki Aprillia (15150013)
5. Sebastiana Daso Dua (15150015)
6. Wilhelmina Yamlean (15150017)
7. Sonia Dora Cardoso (15150019)
8. F. Imakulata (15150021)
9. Nurjana Karmila (15150022)
10. Angela Christine (15150028)
11. Desi Damasari (15150039)
12. Linda Ismiati (15150044)
13. Irena (kakak tingkat) nim 41
PRODI D-III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TA 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji sukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat dan
karunua-Nya penulis berhasil menyelesaikan maklah dengan judul GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan tugas Askep kehamilan.
Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih setulus-tulusnya atas segala
dukungan, bantuan, dan bimbingan dari beberapa pihak selama proses penyusunan
makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
keritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi banyak pihak terutama
untuk pengembang ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
Yogyakarta, 20 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka......................................................................................................... 19
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan pada organ
reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan ( psikologis ibu, juga
mengalami perubahan. Dari yang semula belum memiliki anak, kemudian lahirlah
seorang bayi mungil nan lucu yang kini mendampingi ibu. Menjadi orang tua
merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu harus mampu melewati masa transisi.
Secara psikologi, seorang ibu akan mengalami akan mengalami gejala - gejala
psikiatrik setelah melahirkan. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh oleh
seorang wanita dalam dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu
pada beberapa minggu atau bulan pertama setelah melahirkan baik dari segi fisik
maupun fisik. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik,
tetapi ada sebagian lainnya yang tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami
gangguan – gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang oleh
yang oleh para peneliti dan klinisi disebut Depresi Post Partum.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Fenomena Psikologis pada Masa Nifas
2. Gangguan psikologi apa saja yang terjadi pada masa nifas ?
3. Bagaimana cara mengatasi gangguan
psikologi pada masa nifas ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja
gangguan psikologi yang terjadi saat nifas
2. Mengetahui cara mengatasi
gangguan psikologi pada masa nifas.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Fenomena
Psikologis pada Masa Nifas
Proses adapatasi psikologi sudah
terjadi selama kehamilan,menjelang proses kehamilan maupun setelah persalinan.
Pada periode tersebut kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang
unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan
dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
bidan dan keluarga untuk membantu ibu beradaptasi pada masa nifas adalah peran
dan fungsinya ibu menjadi orang orang tua, respond an dukungan psikososial dari
keluarga, sejarah riwayat, dan pengalaman masa kehamilan dan
persalinannya,harapan,keinginan dan aspirasi pada saat hamil dan melahirkan.
Semuanya saling berkaitan selama proses adaptasi nifas. Ketidakbahagiaan masa
kehamilan akan memperburuk adaptasi fase nifasnya. Jadi hal-hal yang perlu
diperhatikan selama masa nifas ialah:
1. Kondisi
fisiknya, seperti kesehatan organ reproduksi ibu
2. Gizi dan
lingkungna nifas yang bersih.
3. Pemberian
dukungan dari suami atau kelurga besarnya.
4. Perhatian dan
kasih saying
5. Menghibur ibu
saat sedih
6. Menemani saat
ibu merasa kesepian.
Sementara itu bentuk-bentuk gangguan psikologis yang terjadi
pada masa nifas ialah:
1. Kekecewaan pada
bayinya
2. Ketidaknyamana
sebagia akibat perubahan fisik yang dialami
3. Rasa bersalah
karena belum bisa menyusui bayi
4. Kritikan suami
atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2.2. Masalah-
Masalah Psikologis pada Masa Nifas
Depresi post partum adalah depresi
berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung 30 hari. Depresi
post partum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Depresi post
partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan
kelelahan , mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido. Tingkat
keparahan depresi post partum bevariasi. Keadaan ekstrim yang paling ringan
yaitu saat ibu mengalami kesedihan
sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa awal post partum, yang
disebut dengan “ baby blues/ maternity
blues”. Gangguan post partum yang paling berat disebut “psikosis/psikosa post partum atau
melankolia”. Diantara dua keadaan ekstrim tersebut terdapat keadaan yang
mempunyai tingkat keparahan sedang yaitu “depressi
post partum/neurosa post partum” . (Regina , 2011)
1. Baby Blues
Post partum blues merupakan
problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan,labilitas
persaan dan depresi pada ibu .
Diperkirakan
hampir 50-70% seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami baby blues atau post natal syndrome yang terjadi pada hari ke-4 -10 pasca
persalinan.
a. Gejala-gejala
Adapun gejalanya yaitu Reaksi depressi / sedih/
disporia. Sering menangis ,mudah tersinggung,cemas,labilitas
perasaan,cenderung menyalahkan diri
sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu makan,kelelahan,mudah sedih,cepat
marah,mood mudah berubah,cepat menjadi sedih dan cepat menjadi gembira.
Perasaan terjebak,marah kepada pasangan dan bayinya,perasaan bersalah,dan
sangat pelupa.
b. Faktor – Faktor Penyebab
Factor yang menyebabkan
terjadinya post partum blues bisa terjadi dari dalam dan luar
individu,misalnya: ibu belum siap
mengahadapi persalinan; adanya perubahan
hormone progesterone yang ketika masa kehamilan meningkat kemudian turun secara
tiba-tiba pasca persalinan, payudara membengkak dan menyebabkan rasa sakit atau
jahitan yang belum sembuh; ketidak nyamanan fisik yang di alami wanita
menimbulkan gangguan pada emosional seperti payudara bengkak dan nyeri jahitan,
rasa mulas; Ketidak mampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional
yang kompleks; Faktor umum dan paritas;pengalaman dalam proses persalinan dan
kehamilan.
Latar belakang
psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan,status
perkawinan,kehamilan yang tidak di inginkan,riwayat gangguan kejiwaan
sebelumnya,social ekonomi.
Kecukupan
dukungan dari lingkungan (suami,keluarga dan teman) apabila suami mendukung
kehmilan ini,aapakah suami mengerti persaan istri, keluarga dan teman
memberikan dukungan fisik dan moril .
Strees
dalam keluarga misalnya: factor ekonomi memburuk ,persoalan dengan
suami,problem dengan mertua stress yang di alami wanita itu sendiri misalnya
ASI tidak keluar , frustasi karena bayi tidak mau tidur.
Kelelahan
pasca persalinan, perubahan yang pernah di alami oleh ibu,rasa memiliki bayi
yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut kehilangan bayinya; problem anak, setelah kelahiran
bayi,kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak sebelumnya sehingga hal tersebut
cukup mengganggu emosional.
c. Penanganan
Penanganan
gangguan mental pasca persalinan pada prinsipnya tdak berbeda dengan penanganan
gangguan mental pada momen-momen lainnya. Para ibu yang mengalami post partum
blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan
dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga di
penuhi.
Cara
untuk mengatasinya,antara lain : komunikasikan segala permasalahan atau hal
lain yang ingin di ungkapkan ; bicarakan rasa cemas yang di alami ;bersikap
tulus ikhlas dlam menerima aktifitas dan peran baru setelah melahirkan ;
bersikap fleksible dan tidak terlalu perfectsionis mengurs bayi dan rumah tangga ; belajar
tenang dan menarik nafas panjang
meditasi ; kebutuhan istrahat yang cukup ,tidurlah ketika bayi sedng
tidur ; berolhraga ringan ;bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru ; dukungan
tenaga kesehatan ; dukungan suami ,keluaraga ,teman, teman sesama
ibu,konsultasikan pada dokter atau orang yang professional agar dapat
meminimalisir factor risiko lainnya dan
melakukan pengwasan .
d. Klasifikasi
Ringan
: post partum blues atau sering juga maternity blues atau sindroma ibu baru di
mengerti sebagai suatu sindroma gangguan
efek ringan yang sering tampak pada minggu pertama setelah persalinan ditandai
dengan gejala2 : Reaksi depresi /sedih/disporia; sering menagis,mudah
tersinggung,cemas,labilitas perasaan
Berat
: Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresi non piskotik pada kehamilan
namun umumnya trejadi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah kelahiran
Gejala-gejala
depresi berat : perubahan pada mood
;gangguan pada pola tidur ,perubahan mental dan libido, dapat pula muncul
pobia, ketakutan akan penyakit diri sendiri atau bayinya,depresi berat akan
memiliki resiko tinggi pada wanita atau keluarga yang pernah mengalami kelainan
psikiatrik atau pernah mengalami menstrual sindrom .kemungkinan rekuren pada
kehamilan berikunya.
Penatalaksanaan
depresi berat : dukungan keluarga dan sekitar ; terapi psikologis dari
psikiater dan psikolog ; kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian anti depresan ( hati- hati pemberian depresan
pada wanita hamil dan menyusui ) ; pasien dengan percobaan bunuh diri sebaiknya
jangan di tinggal sendirian dirumah jika di perlukan lakukan perawatan di RS ; tidak di anjurkan untuk rooming in
atau rawat gabung dengan bayinya .
e. Pencegahan terjadinya post partum
blues
1. Persiapan diri yang baik ,artinya
persiapan diri yang baik pada saat kehamilan sangat di perlukan sehingga saat
kelahiran memiliki kepercayaan diri yang baik dan mengurangi resiko terjadinya
depresi post partum .kegiatan yang dapat ibu lakukan adalah banyak membaca
artikel atau buku yang ada kairannya dengan kelahiran ,mengikuti kelas
prenatal, bergabung dengan kelompok senam hamil . ibu dapat memperoleh banyak
informasi yang diperlukan sehingga pada saat kelahiran ibu sudah siap dan hal
traumatis yang mungkin mengejutkan dapat di hindari.
2. Olahraga dan nutrisi yang cukup , dengan olah
raga dapat menjaga kondisi dan stamina
sehingga dapat membuat keadaan emosi juga lebih baik. Nutrisi yang baik asupan
makanan maupun minum sangat penting pada periode post partum
3. Support mental dan lingkungan sekitar ,,dukungan ini tidak hanya dari suami tapi
dari keluarga ,teman,dan lingkungan sekitar .
4. Ungkapkan apa yang dirasakan ,ibu
post partum jangan memendam perasaan sendiri .jika mempunyai masalah harus segera dibicarakan baik dengan suami
maupun orang terdekat .
5. Mencari informasi tentang depresi
post partum ,informasi tentang depresi post partum yang kita berikan akan
sangat bermanfaat sehingga ibu mengetahui factor –faktor pemicu sehingga dapat
mengantisifikasi atau mencari bantuan
jika mengahdapi kondisi tersebut…
6. Melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti memasak ,membersihkan rumah dan pekerjaan rumah tangga lain dapat membantu
melupakan gejolak emosi yang timbul pada periode post partum.
2. Depresi Post Partum
Depresi
post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu baru
akan merasa benar-benar tidak berdya dan merasa serba kurang mampu,tertindih
oleh beban terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa
melakukan apapuan untuk menghilangakan perasaan itu.Depresi post partum dapat
berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi lain lebih
berat atau lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di samping itu,ibu mungkin
terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai seorang ibu.
Jadi
pada dasarnya depresi menyerang siapa aja,tetapi terutama orang-orang usia
tengan baya (usia 35-50 tahun) .Misalnya gagalnya mencapai sasaran-sasaran yang
telah di rencanakan anak-anak mulai meningalkan rumah dan lain-lain,semua ini
bisa menyebabkan depresi.Menurut catatan psikiater orang-prang yang menikah
lebih banyak mengalami depresi dari pada yang
yang tidak menikah.Para ahli mengatakan hal ini di sebabkan oleh
konflik-konflik interpersonal yang timbul dalam relasi yang dekat didalam
perkawinan.
Di
samping itu perempuan dua kali lebih banya di diagnosa sebagai memngalami
depresi dari pada laki-laki penyeba masie belum di ketahui dengan pasti.Apakah
mungkin karena bedanya biologis karena wanita lebih mudah menyatakan perasaanya
atau karena perempuan lebih banyak mengalami stress sosial karena tidak
berhasil memenuhi keinginan mereka di masyarakat.
a. Predisposisi
Faktor
terjadinya depresi post partum diantaranya adalah ada di
dalam keluara penderita penyakit mental ; kurangnya dukungan sosial dan
dukungan keluarga serta teman; kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya
sehat;kesulitan selama persalinan dan melahirkan;merasa terasing dan tidak
mampu; masalah/perselisihan perkawinan atau keuangan;kehamilan yang tidak di
inginkan
b. Etiologi
Penyebab
kesedihan atau depresi atau sehabias melahirkan tidak jelas.Penurunan tingakt
hormon yang tiba-tiba,terutama sekali estrogen dan progesteron dapat berperan.
Depresi yang hadir sebelum kehamilan lebih mungkin berkembang ke dalam depresi
post partum wanita yang telah memiliki depresi sebelum hamil harus
memberitahukan kepada dokter atau bidan mengenal hal tersebut selama kehamilam.
Depresi juga merupakan sebuah penyakit yang berlangsung di dalam sebuah
keluarga.Kadangkalah tidak jelas penyebab dari depresi itu sendiri.
Faktor
penyebab depresi post partum di sebabkan oleh
4 faktor yaitu sebagai berikut :
1. Faktor
kostitusional: ganguan post partum berkaitan dengan status paritas riwayat
obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta ada
komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak
pada wanita primipara.Primipara lebih umum menderita blues karena setelah
melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi,kalau dulu hanya
memikirkn diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan
menjadi bingung sementara bayinya harus tetap di rawat.
2. Faktor
fisik: Perubahan fisik
setelah proses kelahiran dan memuncaknya ganguan mental slama 2 minggu pertama
menunjukan bahwa faktor fisik di hubungkan dengan kelahiran pertama merupakan
faktor penting.Perubahan hormon scara drastis setelah melahirkan dan periode
laten selama 2 hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini
sangat berpengaruh pada keseimbangan.Kadang-kadang progesteron naik dan
estrogen menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan penyebab yang sudah
pasti.
3. Faktor
psikologis: Peralihan
yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan menjadi dua
induvidu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian pesikologis induvidu.
Klaus dan kennel mengindikasikan pentingnya cinta dan penangulangan masa
peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
4. Faktor
sosial : Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih
sering menimbulkan depresi pada ibu-ibu selain kurangnya dukungan dalam
perkawinan.
c. Klasifikasi
Ada
3 tipe depresi post partum diantaranya yaitu :
1. Depresi ringan
(Kemurungan): inilah tipe depresi
yang paling umum.Biasanya singkat dan tidak terlalu mengangu-mengangu
kegiatan-kegiatan normal.
2. Depresi
sedang/moderat(perasaan tak berpengharapan: Geja;anya hampir sama dengan
depresi ringan tetapi lebih kuat dan lebih lama berakhir.
3. Depresi berat
(terpisah dari realita): Kehilangan
interesdari dunia luar dan perubahan tingkah laku yang serrius dan
berkepanjangan merupakan karakteristiknya.
d.
Karakteristik
Karakteristik depresi post partum
diantaranya :
1.
Mimpi
buruk,kebiasaanya terjadi sewaktu tidur karena mimpi yang menakutkan individu
itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia.
2.
Insomnia,timbul
sebagain gejala suatu ganguan lain seperti kecemasan dan depresi ganguan emosi lain yang terjadi dalam hidup
manusia.
3.
Phobia,rasa
takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat di
hilangakan atau ditekan oleh pasien,biarpun di ketahuinya irasional adanya.
4.
Meningkatkan
sensifitas,periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan
pembiasaan diri.
5.
Perubahan
mood,menyatakan bahwa depresi post partum muncul dengan gejala-gejala sebagai
berikut : kurang nafsu makan,sedih,murung,perasaan tidak berharga,mudah
marah,kelelahan ,insomnia,enorexia,merasa tergangun dengan perubahan
fisik,sulit konsentrasi melukai diri,,anhedonia,menyalahkan diri,lemah dalam
kehendak dan dll.
e.
Pencegahan
depresi post partum
Pencegahan terbaik adalah denga mengurangi faktor resiko
terjadinnya ganguan psikologis pada ibu hamil dan ibu pasca persalinan (post
partum).Hal-hal yang dapat di lakukan untuk mengurangi faktor resiko yaitu:
1. Pemberian
dukungan dari pasangan, keluarga, lingkungan,maupun profesional selama
kehamilan, persalinan dan pasca persalinan dapat mencegah depresi
2. cepat proses
penyembuhan.
3. Mencari tahu
tentang ganguan psikologis yang mungkin terjadi pada ibu hamil yang bru saja
melahirkan sehingga jika terjadi gejala dapat di kenali dan di tangani segera.
4. Konsumsi
makanan sehat,istirahat cukup dan olaraga minimal 15 menit perhari dapat
menjaga suasana hati tetap baik.
5. Mencegah
pengambilan keputusan yang berat selama kehamilan,
6. Mempersiapkan
diri secara mental dengan membaca buku atau artikel tentang kehamilan dan
persalinan serta mendengarkan pengalaman wanita lain yang pernah melahirkan
dapat mermbantu menguranggi ketakutan.
7. Menyiapkan
seseorang untuk membantu keperluan sehari-hari(memasak membersihkan
rumah,belanja dll).
3. Psikosa Post Partum
Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat
yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of
reality ) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan
gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun emosional
( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara
emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai
kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari
sangat terganggu.
Psikosa postpartum adalah depresi yang terjadi pada
minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.Psikosa terbagi dalam dua
golongan besar, yaitu :
1. Psikosa
fungsional
Merupakan gangguan psikologis yang
faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang
berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau
pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang.
2. Psikosa
organik
Disebabkan oleh kelainan atau
gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-sebab dari suatu psikosa
fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa seseorang.
a. Faktor resiko
1.
Riwayat psikosis, gangguan bipolar (GB) atau skizofrenia
2. Riwayat
keluarga psikosis, gangguan bipolar, atau skizofrenia
3. Berulang
pada 20 – 50 % kasus.
4. Gangguan
bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifatepisodik dan ditandai oleh
gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta
dapat berlangsung seumur hidup
5. Skizofrenia
: gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi
kerja, dan perawatan diri.
6. Skizofrenia
Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi,
delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada
7. Skizofrenia
Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan
perawatan diri yang buruk.
Wanita dengan riwayat pribadi psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia
memiliki peningkatan risiko mengembangkan psikosis
postpartum. Demikian juga, wanita yang memiliki riwayat keluarga
psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki kesempatan lebih besar
untuk mengembangkan gangguan tersebut. Additonally, wanita yang
telah memiliki insiden masa lalu postpartum psikosis adalah antara 20% dan 50%
lebih mungkin mengalami lagi dalam masa kehamilan.
b. Etiologi
1. Faktor
sosial kultural ( dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik )
2. Faktor
obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi )
3. Faktor
psikososial ( adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat mengalami
depresi, penyakit mental, problem emosional dll )
4. Faktor
keturunan
5. Karakter
personal seperti harga diri yang rendah.
6. Perubahan
hormonal yang cepat.
7. Masalah
medis dalam kehamilan ( pre-eklampsia, DM ).
8. Marital
disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain yang
mengakibatkan kurangnya dukungan.
9. Unwanted
pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
10. Merasa
terisolasi.
11. Kelemahan,
gangguan tidur ( imsomnia ), ketakutan terhadap suatu masalah, ketakutan akan
melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.
Disamping itu, disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau
masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita
tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.
c. Epidemiologi
Insiden
psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Gejala psikosis post
partum muncul pada hari sampai 4-6 minggu post partum
d. Anamnesis
Onsetnya
mendadak, 2-4 minggu setelah pelahiran. Sebagian besar muncul dengan depresi,
tetapi 1/3 dapat muncul dengan mania (suasana hati yang elasi.iritabel,
disinhibisi.bertindak semaunya, perhatiannya mudah teralihkan, aktivitas
berlebihan, pemboros, suka menyerang, tidak banya bicara, loncat gagasan/flight
of idea, kurang tidur), halusinasi, waham, kebingungan, kurangnya tilikan.
e. Patofisiologi
Kesehatan
jiwa wanita sangat mempengaruhi kesehatan wanita. Pada usia produktif gangguan
kesehatan wanita sering berhubungan dengan perannya sebagai istri, ibu dan
pekerja, kondisi kesehatan fisik terutama kondisi bagian tubuh yang menjadi
simbol kewanitaan, penganiayaan fisik dan mental. Proses berduka, kemurungan
dan psikosa pasca melahirkan, serta bunuh diri yang merupaka reaksi negatif
dari ganggguan terhadap kesehatan jiwa.
Penelitian
psikodinamik menunjukkan, pada gangguan psikiatrik pasca persalinan terdapat
konflik antar ibu dengan perannya sebagai ibu yang harus mengasuh anaknya,
dengan kelahiran anaknya dan hubungan dengan suaminya. Konflik ini mempunyai
peranan dalam menentukan identitas dirinya sebagai ibu yang tidak dapat
berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu menemukan jati dirinya, dan
merupakan hambatan dini hubungan timbal balik antara ibu dan anak.
Gangguan
psikoatrik yang terjadi pada masa pascapersalinan bukan suatu sindrom
psikiatrik yang baru, tapi merupakan gangguan yang biasa didapat, antara lain
postpartum blues, depresi postpartum dan psikosis postpartum. Gangguan ini
dapat terjadi mulai sejak hari pertama sampai 4-6 minggu pasca melahirkan.
Bahkan marce sosiety mengemukakan psikosa ini dapat terjadi sampai 1 tahun
setelah melahirkan.
Gejala yang
dapat timbul pada masa ini sangat berat, berbahaya dan merupakan kondisi
darurat sebab penderita dapat membahayakan diri sendiri dan mengganggu
lingkungannya,seperti tindakan bunuh diri dan membunuh bayinya. Gangguan
nonpsikotik pada periode pascapersalinan cukup tinggi, penelitian menunjukkan
20-40% wanita hamil mengalami gangguan emosional atau disfungsi kognitif,
ataupun keduanya. Angka kejadian psikosis pascapersalinan adalah 1-2 per 1000
kelahiran dari seluruh wanita pascapersalinan.Umumnya gangguan psikiatrik pasca
melahirkan timbul setelah hari ke 3 pasca persalinan.
f. Tanda dan Gejala
Gejala awal
:
1. Perasaan
sedih, kecewa dan putus asa
2. Sulit tidur
atau imsomnia
3. Sering
menangis
4. Gelisah,
cemas dan iritable yang berlebihan
5. Merasa Letih
dan lelah
6. Semangat
menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan
7. Mudah
tersinggung / labil
8. Sakit
kepala
9. Peningkatan ataupun
penurunan berat badan secara tiba-tiba
10. Memperlihatkan
penurunan minat pada bayinya
11. Menolak
makan dan minum
Gejala lanjutan :
1. Curiga
berlebihan
2. Kebingungan
3. Sulit
konsentrasi
4. Bicara
meracau atau inkoheren
5. Irasional
6. Pikiran
obsesif ( pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang )
7. Agresif
8. Impulsif (
bertindak diluar kesadaran )
Walaupun banyak wanita pasca
melahirkan mengalami depresi postpartum tapi tidak semuanya berlanjut menjadi
psikosa postpartum. Tapi setiap psikosa postpartum pasti di awali oleh depresi
pospartum dan bisa sampai melukai diri sendiri bahkan membunuh anak-anaknya.
Gejala yang sering terjadi adalah:
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Gangguan
saat tidur
4. Obsesi
mengenai bayi
g. Gejala
Klinik
Pada wanita yang menderita penyakit
ini dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan
berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan
kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga,
sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta
nafas terasa cepat.
h. Pemeriksaan
a.
Ibu : bertindak semaunya, berbusana tidak sesuai
b.
Bayi : bukti adanya penelantaran
i. Penanganan
Respon yang
terbaik dalam menangani kasus psikosis pospartum ini adalah kombinasi antara
psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan medikasi seperti antidepresan, jika
tidak memungkinkan untuk ibu dirawat dirumah sebaiknya ibu dirawat dirumah
sakit. Libatkan anggota keluarga dalam penanganan terutama suami sehingga dapat
dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan
dan dibutuhkan ibu.
j. Pencegahan
Beberapa
intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas dari ancaman depresi dan
psikosa postpartum, yaitu :
1. Pelajari
diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan
psikosa pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini.
Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
2. Tidur dan
makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha
yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode
pospartum.
3. Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum,
lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga
membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang berlebihan.
4. Beritahukan
perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan
mengekspresikan yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika
mempunyai masalah, segera beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun orang
yang terdekat.
5. Dukungan
dari keluarga dan orang-orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan,
persalinan dan pospartum sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga
selalu berada disamping ibu setiap ada kesulitan.
6. Persiapan
diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan,
ikutlah kelas hamil, baca buku-buku yang dibutuhkan.
7. Lakukan
pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu
ibu melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode pospartum. Kondisi
anda yang belum stabil, bisa ibu curahka dengan memasak atau membersihkan
rumah.
8. Dukungan
emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan
sehingga ibu dapat mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka
mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik dari
setelahnya.
k. Penatalaksanaan
Postpartum kejiwaan dianggap menjadi
darurat kesehatan mental. Oleh karena itu memerlukan perhatian segera. Hal ini
dikarenkan wanita yang menderita penyakit kejiwaan tidak selalu mampu atau
bersedia untuk berbicara dengan seseorang tentang disorder-nya, mereka
kadang-kadang membutuhkan pasangan atau anggota keluarga yang lain untuk
membantu mereka mendapatkan penanganan medis yang mereka butuhkan. Kondisi ini
biasanya diatasi dengan pemberian obat, biasanya obat antipsikosis dan
terkadang obat antidepresan dan/ atau antiansietas.
Banyak wanita yang juga dapat
merasakan manfaat dari konseling dan dukungan psikologis kelompok. Dengan
perawatan dengan baik, sebagian besar perempuan dapat pilih dari kekacauan.
Untuk mengurangi jumlah penderita
ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan
keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan
perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1. Beristirahat
cukup
2. Mengkonsumsi
makanan dengan gizi yang seimbang
3. Bergabung
dengan orang-orang yang baru
4. Bersikap
fleksible
5. Berbagi
cerita dengan orang terdekat
6. Sarankan
untuk berkonsultasi dengan tenaga medi
Tatalaksana juga dapat berupa :
Penilaian psikiatrik (termasuk
risiko bunuh diri dan risiko terhadap bayi). Perawatan di unit psikiatri (jika
mungkin ke unit spesialis ibu dan bayi). Obat antidepresan oral, neuroleptika
(gunakan secara hati – hati jika menyusui).
l.
Pengobatan
Jika
diperkirakan menimbulkan ancaman bagi diri sendiri atau orang lain :
1. dirawat di
rumah sakit.
2. Obat2 : anti
psikotik, antidepressan dan anti ansietas.
m. Komplikasi
1. Bunuh diri
2. Penelantaran
anak
3. Pengasuhan
yang tidak sesuai
4. Berpikir
untuk menyakiti
5. Pembunuhan
bayi
n. prognosis
Prognosis jangka pendek baik. 20%
mengalami psikosis masa nifas yang berulang. 50 % mengalami episode psikosis
berulang
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Proses adapatasi psikologi sudah
terjadi selama kehamilan,menjelang proses kehamilan maupun setelah persalinan.
Pada periode tersebut kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang
unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan
dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah
Gangguan psikologi post partum
diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.
Post Partum Blues (PBB) sering juga
disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu
sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah
persalinan.
Depresi post partum adalah tekanan jiwa sesudah melahirkan
mungkin seorang ibu bru akan merasa benar-benar tidak berdya dan merasa serba
kurang mampu,tertindih oleh beban terhadap tangung jawab terhadap bayi dan
keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan untuk menghilangakan perasaan
itu.Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan
berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan.Gejalanya sama
saja tetapi di samping itu,ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan
kemampuanya sebagai seorang ibu.
Psikosa pospartum Merupakan gangguan
jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa
kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca
persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab
organic maupun emosional ( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan
berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan
kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi
tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
3.2. Saran
a. Bagi
Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat
menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan kebidanan dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Petugas – petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan sehingga
dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalaM menangani
gangguan – gangguan psikologis pada ibu dalam masa nifas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar